Jumat, 11 Juli 2014

SASTRA BUDAYA MASA DEMAK-MATARAM

    A.   KERAJAAN ISLAM DEMAK
Para Raja yang memerintah di Kerajaan Demak antara lain :
1.     Raden Patah             (1478-1513)
2.    Pati Unus                  (1513-1521)
3.    Sultan Trenggana       (1521-1546)
4.    Sultan Prawata          (1546-1561)
Kitab-kitab yang terbit karena pengaruh agama Islam diantaranya : Het Boek van Bonang, Een Javaans Geshrift uit de 16 Eeuw, Suluk Sukarsa, Koja-kojahan, Suluk Wujil, Suluk Malang Sumirang, Nitisruti, Nitipraja, Sewaka, Menak, Rengganis, Manik Maya, Ambiya dan Kandha.
Koflik syariat pada zaman Demak sudah ada, sebagaimana diceritakan dalam suluk malang sumirang. Isinya tentang pertentangan antara ahli syariat dengan ahli ma’rifat. Kitab ini adalah karya dari Sunan Panggung, Sunan Panggung kemudian dihukum oleh kerajaan Demak dengan dibakar hidup-hidup karena dianggap telah melanggar sarak dan menyebarkan ajaran yang sesat. Saat itu Sunan Panggung memang memimpi barisan oposisi yang selalu mengkritik kebijaksanaan Sultan Demak yang selalu didukung para wali. Kerajaan Demak berdiri kokoh karena sokongan para cendekiawan yang tergabung dalam dewan wali sanga. Kitab-kitab yang terbit pada zaman ini yaitu : 1) Suluk Sunan Bonang 2) Suluk Sukarsa 3) Suluk Malang Sumirang 4) Koja-Kojahan 5) Niti Sruni.

Pengertian wali sanga dapat dipahami secara denotatif maupun konotatif. Dalam pengertian denotative wali sanga merupakan sejumlah guru besar yang diberi tugas untuk berdakwah di daerah tertentu. dalam pengertian konotatif bahwa seseorang mampu mengendalikan babahan hawa sanga, maka dia akan memperoleh predikat kewalian dan selamat dunia akhirat. Adapun nama-nama kesembilan wali tersebut diantaranya : Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Kalijaga, Sunan Giri, Sunan Kudus, Sunan Muria, Sunan Gunung jati, Syekh Siti Jenar.

    B.    KERAJAAN PAJANG
Setelah wafatnya Sultan Trenggana, kekuasaan Demak bergeser ke pajang dengan rajanua Mas Karebet, Jaka Tingkir, atau Sultan Hadiwijaya pada tahun 1546-1586. Pada masa kejayaan Pajang, Sultan Hadiwijaya mempunyai seorang pujangga besar yang bernama Pangeran Karanggayam. Karya filosofisnya yaitu Serat Nitisruni.
    C.   KERAJAAN MATARAM ISLAM
Kerajaan Mataram Islam didirikan oleh Ki Ageng Pemanahan dengan membuka alas mentaok sebagai hadiah dari Sultan Hadiwijaya, raja Pajang. Pada zaman Sinuhun Sekar Seda Krapyak, ayahanda Sultan Agung terbit suluk wujil tahun 1607 Masehi. Jasa Panembahan Seda Krapyak dalam bidang kebudayaan adalah berusaha untuk menyusun sejara negeri Demak dan penulisan beberapa kitab suluk. Misalnya Suluk Wujil yang memberikan wejangan mistik Sunan Bonang kepada abdi kekasih raja Majapahit yang bernama Wujil. Selain itu pada masa pemerintahan Sultan Agung beliau juga menulis kitab Sastra Gendhing yang berisi tentang budi pekerti luhur, mistik, dan keselarasan lahir batin. Pada tahun 1641 Masehi beliau menulis Kitab Nitipraja yang berisi tentang moralitas penguasa dalam menjalankan kewajibannya, etika bawahan pada atasan, hubungan rakyat dengan pemerintah , agar tatanan masyarakat dan Negara dapat menjadi harmonis.
Selain itu pada zama Sinuwun Mangkurat, terbitlah serat sewaka dengan sengakalan jalma paksa wayang buwana yang berarti 1699 Masehi. Serat ini berisi tentang ajaran moral untuk menjadi abdi yang baik.
    D.   KERAJAAN MATARAM KARTASURA
Pada masa pemerintahan Amangkurat II, banyak terjadi huru-hara yang menyebabkan stabilitas kerajaan Mataram terganggu. Oleh karena itu Amangkurat II memindahkan ibukota Mataram ke daerah Kartasura.
Serat Menak merupakan karya sastra sebagai wahana dakwah Islamiyah. Kitab ini dibuat pada tahun 1639 tahun Jawa, atas perintah Kanjeng Ratu Mas Balitar, permaisuri Sinuwun Paku Buwana I atau Pangeran Puger di kraton Kartasura, Menak ini berasal dari Persia dan dalam bahasa Melayu disebut Hikayat Amir Hamzah. Karya sastra lain yang dibuat pada zaman Kartasura adalah Serat Manikmaya. Penciptanya yaitu Kartamursadah dari Tanah Pasundan. Serat ini menceritakan kisah-kisah yang sudah diungkapkan dalam Serat Tantu Panggelaran. Seangkatan dengan Serat Manikmaya adalah Serat Ambiya dan Serat Kandha. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar