A. KERAJAAN ISLAM DEMAK
Para Raja yang memerintah di Kerajaan Demak antara
lain :
1. Raden Patah (1478-1513)
2. Pati Unus (1513-1521)
3. Sultan Trenggana (1521-1546)
4. Sultan Prawata (1546-1561)
Kitab-kitab yang terbit karena pengaruh agama Islam diantaranya : Het Boek van Bonang, Een Javaans Geshrift
uit de 16 Eeuw, Suluk Sukarsa, Koja-kojahan, Suluk Wujil, Suluk Malang
Sumirang, Nitisruti, Nitipraja, Sewaka, Menak, Rengganis, Manik Maya, Ambiya dan
Kandha.
Koflik syariat pada zaman Demak sudah ada, sebagaimana diceritakan dalam
suluk malang sumirang. Isinya tentang
pertentangan antara ahli syariat dengan ahli ma’rifat. Kitab ini adalah karya
dari Sunan Panggung, Sunan Panggung kemudian dihukum oleh kerajaan Demak dengan
dibakar hidup-hidup karena dianggap telah melanggar sarak dan menyebarkan
ajaran yang sesat. Saat itu Sunan Panggung memang memimpi barisan oposisi yang
selalu mengkritik kebijaksanaan Sultan Demak yang selalu didukung para wali.
Kerajaan Demak berdiri kokoh karena sokongan para cendekiawan yang tergabung
dalam dewan wali sanga. Kitab-kitab yang terbit pada zaman ini yaitu : 1) Suluk Sunan Bonang 2) Suluk Sukarsa 3)
Suluk Malang Sumirang 4) Koja-Kojahan 5) Niti Sruni.
Pengertian wali sanga dapat dipahami secara denotatif maupun konotatif.
Dalam pengertian denotative wali sanga merupakan sejumlah guru besar yang
diberi tugas untuk berdakwah di daerah tertentu. dalam pengertian konotatif
bahwa seseorang mampu mengendalikan babahan
hawa sanga, maka dia akan memperoleh predikat kewalian dan selamat dunia
akhirat. Adapun nama-nama kesembilan wali tersebut diantaranya : Maulana Malik
Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Kalijaga, Sunan Giri,
Sunan Kudus, Sunan Muria, Sunan Gunung jati, Syekh Siti Jenar.
B. KERAJAAN PAJANG
Setelah wafatnya Sultan Trenggana, kekuasaan Demak
bergeser ke pajang dengan rajanua Mas Karebet, Jaka Tingkir, atau Sultan
Hadiwijaya pada tahun 1546-1586. Pada masa kejayaan Pajang, Sultan Hadiwijaya
mempunyai seorang pujangga besar yang bernama Pangeran Karanggayam. Karya
filosofisnya yaitu Serat Nitisruni.
C. KERAJAAN MATARAM ISLAM
Kerajaan Mataram Islam didirikan oleh Ki Ageng
Pemanahan dengan membuka alas mentaok sebagai hadiah dari Sultan Hadiwijaya,
raja Pajang. Pada zaman Sinuhun Sekar Seda Krapyak, ayahanda Sultan Agung
terbit suluk wujil tahun 1607 Masehi.
Jasa Panembahan Seda Krapyak dalam bidang kebudayaan adalah berusaha untuk
menyusun sejara negeri Demak dan penulisan beberapa kitab suluk. Misalnya Suluk Wujil yang memberikan wejangan
mistik Sunan Bonang kepada abdi kekasih raja Majapahit yang bernama Wujil.
Selain itu pada masa pemerintahan Sultan Agung beliau juga menulis kitab Sastra Gendhing yang berisi tentang budi
pekerti luhur, mistik, dan keselarasan lahir batin. Pada tahun 1641 Masehi
beliau menulis Kitab Nitipraja yang
berisi tentang moralitas penguasa dalam menjalankan kewajibannya, etika bawahan
pada atasan, hubungan rakyat dengan pemerintah , agar tatanan masyarakat dan
Negara dapat menjadi harmonis.
Selain itu pada zama Sinuwun Mangkurat, terbitlah serat sewaka dengan sengakalan jalma paksa wayang buwana yang berarti
1699 Masehi. Serat ini berisi tentang
ajaran moral untuk menjadi abdi yang baik.
D. KERAJAAN MATARAM KARTASURA
Pada masa pemerintahan Amangkurat II, banyak terjadi
huru-hara yang menyebabkan stabilitas kerajaan Mataram terganggu. Oleh karena
itu Amangkurat II memindahkan ibukota Mataram ke daerah Kartasura.
Serat
Menak merupakan karya
sastra sebagai wahana dakwah Islamiyah. Kitab ini dibuat pada tahun 1639 tahun
Jawa, atas perintah Kanjeng Ratu Mas Balitar, permaisuri Sinuwun Paku Buwana I
atau Pangeran Puger di kraton Kartasura, Menak
ini berasal dari Persia dan dalam bahasa Melayu disebut Hikayat Amir Hamzah. Karya sastra lain
yang dibuat pada zaman Kartasura adalah Serat
Manikmaya. Penciptanya yaitu Kartamursadah dari Tanah Pasundan. Serat ini menceritakan kisah-kisah yang
sudah diungkapkan dalam Serat Tantu
Panggelaran. Seangkatan dengan Serat
Manikmaya adalah Serat Ambiya dan
Serat Kandha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar