Kraton
Surakarta telah melahirkan para raja yang aktif sekali dalam mengembangkan
sastra dan budaya. Bahkan Raja sendiri terjun dalam dunia karang mengarang,
sehingga para raja ini mendapat julukan satria
pinandhita.
Pada
masa Kerajaan Surakarta awal gencar sekali para pujangga dan raja melakukan
penerjemahan karya asing, penyaduran sastra lama dan menciptakan karya sastra
baru. Contohnya Serat Wiwaha Jarwa karya
saduran Sinuwun Paku Buwana III dengan sengkalan tasik sona giri juga. Serat
Wiwahajarwa digubah dari Kakawin
Arjunawiwaha karya Empu Kanwa.
Pada
masa pemerintahan Sinuwun Paku Buwana IV, beliau menciptakan Serat Wulangreh yang sangat terkenal di kalangan masyarakat
Jawa, serat lain karya Paku Buwana IV yaitu Wulang
sunu.
Pujangga
besar lain yang seangkatan dengan Sinuwun Paku Buwana IV yaitu Kyai Yasadipura
I, Yasadipura II, Pangeran Kusumadilaga, dan Kyai Sindhusastra.
Kyai
Yasadipura I dan Yasadipura II menciptkan karya sastra baik bersifat
terjemahan, saduran, atau ciptaan baru. Misalnya Arjunawiwaha Jarwam Serat Rama Jarwa, Serat Bratayida, Serat Paniti
Sastra, Serat Arjuna Sasra atau Lokapala, Serat Darmasuya, Serat Dewaruci
Jarwa, Serat Menak, Serat Ambia, Serat Tajussalatin, Serat Cebolek, Serat Babad
Giyanti, Serat Sana Sunu dan Serat
Wicara Keras.
Kya
Sindusastra adalah abdi dalem Kanjeng Gusti Paneran Purbaya atau Sinuwun Paku
Buwana VII. Kyai Sindusasra membuat karya serat
Arjuna sasra bahu, Lakon Sugriwa Subali, Serat Partayagnya, Partakrama,
Srikandhi Maguru manah, Sembadra Larung, dan Cekel Waneng Pati.
Tokoh
lain yang ahli tentang sastra pewayangan adalah kanjeng Pangeran Arya
Kusumadilaga. Karangannya yaitu jagal
Bilawa, Lingga Pura, Semar Njantur, Kartawiyoga Maling, dan Serat Sastra Miruda.
Pada
masa pemerintahan Sinuwun Paku Buwana V, terbitlah mahakarya yaitu Serat Centhini yang dikerjakan oleh
sebuah tim yang dipimpin oleh Sinuwun Paku Buwana V sendiri. Anggota tim
diantaranya yaitu Kyai Yasadipura II dan Kyai Rangga Sutrasna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar