Karya R B Soelardi
Pada jaman dahulu di Surakarta, ada
seorang yang agung bernama Pangeran Natasewaya. Beliau memiliki seorang putra
bernama Raden Mas Riyanta. Semenjak umur enam tahun, Raden Mas Riyanta sudah
ditinggal wafat oleh sang Ayah. Lalu ia hanya dirawat oleh Ibunya. Tentu saja
Raden Mas Riyanta sangat disayang oleh Ibunya. Ia begitu dimanja dan dituruti
apa keinganannya.
Saat menginjak remaja, Raden Mas
Riyanta suka mengembara pada malam hari. Menjamah tempat-tempat sepi atau malah
kadang berendam disungai. Tak peduli dengan hawa dingin yang menusuk
tulang. Hal itu membuat Ibunya khawatir.
Takut kalau putranya berbuat tidak baik. Lalu sang Ibu berinisiatif untuk
menikahkan Raden Mas Riyanta. Namun sepertinya Raden Mas Riyanta kurang setuju
dengan inisiatif Ibunya. Dan ketidaksetujuan Raden Mas Riyanta itu membuat
ibunya kesal. Saking kesalnya Raden Ayu Natasewaya sampai mendiamkan putranya.
Tiga hari sudah Raden Mas Riyanta tidak
sowan kepada sang Ibu ke dalem Natasewayan, maka diutusnya Raden Ayu Marsam
yang tak lain adalah adik sepupu Raden Mas Riyanta ke Pasanggrahan , untuk
menanyakan apa yang terjadi dengan Raden Mas Riyanta sehingga tiga hari tak
sowan kepada Raden Ayu. Namun saat ditanya, Raden Mas Riyanta tak mengatakan
apapun. Ia hanya berkata bahwa ia akan sowan kepada Ibunya nanti. Saat Raden
Ajeng Marsam menanyakan tentang
kesediannya untuk menikah, Raden Mas Riyanta menjawab bahwa ia belum menemukan
wanita yang luhur budinya dan disukainya di tanah ini.
Diceritakan bahwa teman lama Raden Mas
Riyanta yaitu Raden Mas Duryat mengajaknya untuk menonton komedi hindu di
Alun-alun. Sebenarnya Raden Mas Riyanta hendak menolak karena takut kalau
Ibunya ada disitu juga. Tapi ia merasa tak enak dengan kawannya itu. Maka
terpaksalah ia ikut dengan kawannya. Ia berpamitan kepada Raden Ajeng Marsam
untuk pergi sebentar.
Sampai disana, Raden Mas Duryat
langsung masuk ke dalam karena komedi hampir dimulai sementara Raden Mas
Riyanta memutuskan untuk diluar saja karena ia ingat pamitnya pada Raden Ajeng
hanya sebentar. Saat komedi tengah dimulai tiba-tiba terjadi bancana kebakaran.
Orang-orang berlarian kesana kemari. Menyelamatkan nyawanya masing-masing.
Raden Mas Riyanta bingung. Ia ingin sekali masuk dan menyelamatkan Raden Mas
Duryat namun ia ragu, maka ia putuskan untuk menunggu diluar dengan sabar. Ia
menunggu dibawah pohon beringin sembari terpekur.
Tiba-tiba ia mendengar seorang gadis
kira-kira berusia 14 tahun tengah menangis karena ia terpisah dari orang
tuanya. Gadis itu hampir terjatuh lantas Raden Riyanta meraih tangan kanan
gadis itu sehingga ia tak terjatuh. Raden
Mas Riyanta sangat kasihan dengan gadis itu lalu diajaknya keluar dari
Alun-alun. Raden Mas mencoba bertanya siapa namanya dan dimana rumahnya agar
bisa diantarnya pulang kerumahnya. Namun gadis itu hanya diam. Raden Mas
mencoba menghiburnya namun gadis itu tak juga bicara. Raden Mas Riyanta lantas
mengajak gadis itu untuk singgah sebentar diwarung. Agar Raden Mas bisa
bertanya dimana rumah gadis malang itu.Mereka kemudian masuk kedalam dan
memilih tempat duduk. Pelayanpun segera datang. Dan mereka segera memesan
makanan dan minuman.
Selang beberapa saat Raden Mas Riyanta
pergi kebelakang. Lantas gadis itu duduk sendirian. Ia nampak begitu sedih.
Tiba-tiba ia mendengar bunyi terompet kereta sang Ayah. Maka iapun segera
keluar dari warung dan menyetop kereta Ayahnya. Ia naik lantas menangis
dipangkuan ibunya. Kereta itu ternyata milik Kyai Pramayoga dari Tamansari.
Raden Mas Riyanta nampak kaget karena
ia tak menemukan gadis itu dimeja yang tadi dudukinya. Lantas ia bertanya pada
pelayan. Pelayan itu berkata bahwa gadis itu tadi sudah pergi naik kereta
kencana yang lewat didepan.
Sementara, di Tamansari. Raden Ajeng
Srini diinterogasi oleh sang Ayah. Tentang kejadian yang baru saja menimpanya.
Raden Ajeng Srini menceritakan apa yang dialaminya. Tentang seorang pria muda
yang nampaknya sangat luhur budinya yang telah menolongnya. Seusai mendengar
cerita dari putrinya itu Kyai Pramayoga dan istrinya nampak lega karena
putrinya ditemukan oleh seseorang yang luhur budinya yang mungkin saja akan
dijodohkan dengan putrinya.
Raden Ajeng Marsam ketiduran di
Pasanggrahan, karena menunggu kakaknya yang tidak pulang hingga pagi. Tak lama
kemudian Raden Ajeng Natasewaya datang
kesana untuk mencari putranya namun beliau tak menemukan sang putra.
Maka betapa marahnya beliau. Raden Ajeng Marsam yang mendapat tugas untuk
menjaga kakaknyapun tak luput dari kemarahan Raden Ayu. Saat itulah Raden Mas
Riyanta datang dan bertanya kenapa Raden Ajeng menangis. Namun semuanya diam,
seperti tak sudi menjawab pertanyaan Raden Mas Riyanta. Raden Ayu sangat marah,
maka ia lantas berdiri dan pulang tanpa menghiraukan putranya. Saat sampai
dirumah Raden Ayu mengutus Raden Ajeng Sam untuk menanyakan kemana perginya
Raden Mas Riyanta semalam. Namun sayangnya Raden Mas Riyanta tak mau menceritakan
apapun.
Raden Mas Riyanta masih terus
memikirkan gadis itu. Ia masih belum percaya bahwa gadis itu sudah pulang
bersama dengan orang tuanya sebelum ia melihat sendiri. Ia masih was-was,
bagaimana kalau gadis itu malah diculik oleh pelayan warung. Pikirannya tak
tenang. Maka ia memutuskan untuk pergi dari rumah dan mencari gadis itu. Lantas
ia menulis sebuah surat yang ditempelkan dipintu. Raden Ajeng Sam yang
menemukan surat itu, air matanyapun tak terbendung. Lantas Raden Ayu masuk dan
mendapati Raden Ajeng Sam menangis. Setelah membaca surat dari putranya, betapa
mirisnya hati Iibu itu. Seketika Natasewayanpun berduka cita.
Semuanya berusaha mencari Raden Mas
Riyanta tapi sampai sebulan Raden Mas Riyanta tak juga ditemukan. Raden Ajeng
lantas ingat teman lama almarhum suaminya yaitu Kyai Pramayoga dari Tamansari
yang tak lain adalah Ayah dari Raden Ajeng Srini. Mereka sekeluarga diundang
oleh Raden Ayu ke Natasewayan. Maka setelah mereka duduk-duduk di gadri Raden
Ayupun memulai ceritanya tentang minggatnya Raden Mas Riyanta. Usai saling
bertemu kangen dan bercerita mereka sekeluarga pamit tapi Raden Ajeng Srini dan
Raden Ajeng Nestri tinggal atas permintaan Raden Ayu Natasewaya.
Setengah bulan tak pulang Raden Mas
Riyanta hanyalah menjelajah guwa-guwa sisa dari abu Merapi. Pada minggu paginya
ia lantas berjalan-jalan di Kota Boyolali. Disana ia bertemu dengan Raden Mas
Duryat. Mereka lantas saling bertanya kabar dan berbagi cerita tentang kejadian
di Alun-alun waktu itu. Dari cerita Raden Mas Duryat, Raden Mas Riyanto dapat
sedikit menduga-duga, bahwa mungkin saja gadis yang ditemukannya itu adalah
putri dari Kyai Pramayoga. Sebab ia pernah tahu jika Kyai Pramayoga memiliki
seorang anak perempuan.
Raden Mas Riyanta lantas pulang ke Sala
dan sowan ke Tamansari. Disana ia bertemu dengan Kyai Pramayoga beserta istri.
Mereka lantas bercerita bahwa mereka baru saja mendapat musibah yaitu anak
perempuan mereka Raden Ajeng Srini terpisah saat bencana kebakaran di
Alun-alun. Dari cerita itu Raden Mas Riyanta semakin yakin bahwa gadis itu
memang benar Raden Ajeng Srini.
Saat mendengar kabar dari Kyai
Pramayoga yang mendapat surat dari Raden Ajeng Srini bahwa Raden Ayu sakit. Raden Mas Riyanta
segera pulang. Ia mengendap-endap masuk rumah. Dan mendapati Raden Ajeng Sam
tengah tertidur. Ia membangunkan adiknya dan betapa kagetnya Raden Ajeng Sam
melihat kakaknya sudah pulang. Raden Mas Riyanta segera masuk ke kamar Ibunya
dan mendapati Raden Ajeng Srini tengah duduk di samping tempat tidur ibunya.
Keduanya malah salah tingkah. Raden Ajeng Srini berpura-pura tak tahu bahwa
pria itu adalah yang menolongnya kemarin sementara Raden Mas Riyanta lantas
keluar karena gugup.
Lalu Raden Ajeng Sam datang dan memberi
tahu bahwa Raden Mas Riyanta sudah pulang. Dan hal itu membuat Raden Ajeng
Srini yakin bahwa pria yang menolongnya adalah Raden Mas Riyanta.
Dipasanggrahan Raden Mas Riyanta terus
memikirkan wanita mulia yang luhur budinya itu. Saat tengah melamun, Raden Mas
Riyanta melihat Raden Ajeng Nestri yang tengah memetik bunga untuk oleh-oleh
kakaknya Raden Ajeng Srini. Maka, Raden Mas Riyanta menitip pesan agar
ditanyakan kenapa Raden Ajeng Srini pergi begitu saja saat ada di warung. Dan
saat pesan itu sampai pada Raden Ajeng Srini, ia hanya berkata bahwa ia terburu-buru.
Raden Mas Riyanta lantas sangat sering
sowan ke Taman sari. Hampir setiap hari ia sowan, bahkan bila sehari saja ia
tak nampak, maka akan ditanyakan oleh Kyai Pramayoga. Namun ia jadi jarang
sowan karena ia mendengar kabar dari Kyai Pramayoga bahwa Raden Ajeng Srini
akan dinikahkan oleh Pangeran dari Rembang. Saat itu begitu hancurnya hati
Raden Mas Riyanta Sementara Raden Ajeng Srini juga nampak sangat sedih dan
kecewa karena ia tak dinikahkan dengan pria yang disukainya.
Ketika sedang sakit hati Raden Riyanta
mengambil gambar-gambarnya dan ingat bahwa ia suka sekali menggambar. Lantas ia
menggambar seorang wanita yaitu Raden Ajeng Srini. Gambar itu ia simpan
rapat-rapat jangan sampai ketahuan siapapun. Namun karena keteledorannya gambar
itupun telah ditemukan oleh Raden Ajeng Sam dan disembunyikannya. Saat Raden
Mas Riyanta mencarinya, adiknya malah meledeknya. Lantas Raden Ajeng Sam
memperlihatkan gambar itu pada Raden Ayu. Dan betapa bahagianya Raden Ayu
melihat gambar itu. Beliau berharap bahwa Raden Ajeng Srini benar akan menjadi
menantunya namun sayangnya Raden Ajneg Srini malah akan menikah dengan Pangeran
dari Rembang.
Lantas Raden Ayu datang ke Tamansari
dan memberikan gambar itu sebagai hadiah pernikahan Raden Ajeng Srini. Namun
betapa kagetnya Raden Ayu ketika mendengar bahwa Raden Ajeng Srini memang akan
dinikahkan namun belum ada calonnya. Dan masalah Pangeran dari Rembang itu
hanyalah fiktif belaka.
Karena mengetahui jika putranya jatuh
cinta pada Raden Ajeng Srini maka Raden Ayu Natasewayan segera melamar Raden
Ajeng Srini untuk diambil menantu. Akhirnya Raden Mas Riyantalah yang menjadi
calon suami dari Raden Ajeng Srini. Betapa bahagianya mereka berdua. Karena
akhirnya cinta mereka dapat dipersatukan. Lantas diadakan sebuah acara pernikahan
yang besar-besaran. Dua sejoli yang tampan dan cantik bersanding begitu
serasinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar