Jumat, 11 Juli 2014

NOVEL : Serat Rijanta

Karya R B Soelardi

Pada jaman dahulu di Surakarta, ada seorang yang agung bernama Pangeran Natasewaya. Beliau memiliki seorang putra bernama Raden Mas Riyanta. Semenjak umur enam tahun, Raden Mas Riyanta sudah ditinggal wafat oleh sang Ayah. Lalu ia hanya dirawat oleh Ibunya. Tentu saja Raden Mas Riyanta sangat disayang oleh Ibunya. Ia begitu dimanja dan dituruti apa keinganannya.
Saat menginjak remaja, Raden Mas Riyanta suka mengembara pada malam hari. Menjamah tempat-tempat sepi atau malah kadang berendam disungai. Tak peduli dengan hawa dingin yang menusuk tulang.  Hal itu membuat Ibunya khawatir. Takut kalau putranya berbuat tidak baik. Lalu sang Ibu berinisiatif untuk menikahkan Raden Mas Riyanta. Namun sepertinya Raden Mas Riyanta kurang setuju dengan inisiatif Ibunya. Dan ketidaksetujuan Raden Mas Riyanta itu membuat ibunya kesal. Saking kesalnya Raden Ayu Natasewaya sampai mendiamkan putranya.
Tiga hari sudah Raden Mas Riyanta tidak sowan kepada sang Ibu ke dalem Natasewayan, maka diutusnya Raden Ayu Marsam yang tak lain adalah adik sepupu Raden Mas Riyanta ke Pasanggrahan , untuk menanyakan apa yang terjadi dengan Raden Mas Riyanta sehingga tiga hari tak sowan kepada Raden Ayu. Namun saat ditanya, Raden Mas Riyanta tak mengatakan apapun. Ia hanya berkata bahwa ia akan sowan kepada Ibunya nanti. Saat Raden Ajeng Marsam menanyakan  tentang kesediannya untuk menikah, Raden Mas Riyanta menjawab bahwa ia belum menemukan wanita yang luhur budinya dan disukainya di tanah ini.
Maka pulanglah Raden Ajeng Marsam dan menyampaikan jawaban dari Raden Mas Riyanta. Betapa marahnya Raden Ayu mendengar jawaban Raden Mas Riyanta. Maka diutusnya Raden Ajeng untuk kembali lagi ke Pasanggrahan dan mengatakan kepada Raden Mas Riyanta agar tetap tinggal dirumah selama tiga hari sebab Ibunya hendak bertemu dengannya.
Diceritakan bahwa teman lama Raden Mas Riyanta yaitu Raden Mas Duryat mengajaknya untuk menonton komedi hindu di Alun-alun. Sebenarnya Raden Mas Riyanta hendak menolak karena takut kalau Ibunya ada disitu juga. Tapi ia merasa tak enak dengan kawannya itu. Maka terpaksalah ia ikut dengan kawannya. Ia berpamitan kepada Raden Ajeng Marsam untuk pergi sebentar.
Sampai disana, Raden Mas Duryat langsung masuk ke dalam karena komedi hampir dimulai sementara Raden Mas Riyanta memutuskan untuk diluar saja karena ia ingat pamitnya pada Raden Ajeng hanya sebentar. Saat komedi tengah dimulai tiba-tiba terjadi bancana kebakaran. Orang-orang berlarian kesana kemari. Menyelamatkan nyawanya masing-masing. Raden Mas Riyanta bingung. Ia ingin sekali masuk dan menyelamatkan Raden Mas Duryat namun ia ragu, maka ia putuskan untuk menunggu diluar dengan sabar. Ia menunggu dibawah pohon beringin sembari terpekur.
Tiba-tiba ia mendengar seorang gadis kira-kira berusia 14 tahun tengah menangis karena ia terpisah dari orang tuanya. Gadis itu hampir terjatuh lantas Raden Riyanta meraih tangan kanan gadis itu sehingga ia tak terjatuh.  Raden Mas Riyanta sangat kasihan dengan gadis itu lalu diajaknya keluar dari Alun-alun. Raden Mas mencoba bertanya siapa namanya dan dimana rumahnya agar bisa diantarnya pulang kerumahnya. Namun gadis itu hanya diam. Raden Mas mencoba menghiburnya namun gadis itu tak juga bicara. Raden Mas Riyanta lantas mengajak gadis itu untuk singgah sebentar diwarung. Agar Raden Mas bisa bertanya dimana rumah gadis malang itu.Mereka kemudian masuk kedalam dan memilih tempat duduk. Pelayanpun segera datang. Dan mereka segera memesan makanan dan minuman.
Selang beberapa saat Raden Mas Riyanta pergi kebelakang. Lantas gadis itu duduk sendirian. Ia nampak begitu sedih. Tiba-tiba ia mendengar bunyi terompet kereta sang Ayah. Maka iapun segera keluar dari warung dan menyetop kereta Ayahnya. Ia naik lantas menangis dipangkuan ibunya. Kereta itu ternyata milik Kyai Pramayoga dari Tamansari.
Raden Mas Riyanta nampak kaget karena ia tak menemukan gadis itu dimeja yang tadi dudukinya. Lantas ia bertanya pada pelayan. Pelayan itu berkata bahwa gadis itu tadi sudah pergi naik kereta kencana yang lewat didepan.
Sementara, di Tamansari. Raden Ajeng Srini diinterogasi oleh sang Ayah. Tentang kejadian yang baru saja menimpanya. Raden Ajeng Srini menceritakan apa yang dialaminya. Tentang seorang pria muda yang nampaknya sangat luhur budinya yang telah menolongnya. Seusai mendengar cerita dari putrinya itu Kyai Pramayoga dan istrinya nampak lega karena putrinya ditemukan oleh seseorang yang luhur budinya yang mungkin saja akan dijodohkan dengan putrinya.
Raden Ajeng Marsam ketiduran di Pasanggrahan, karena menunggu kakaknya yang tidak pulang hingga pagi. Tak lama kemudian Raden Ajeng Natasewaya datang  kesana untuk mencari putranya namun beliau tak menemukan sang putra. Maka betapa marahnya beliau. Raden Ajeng Marsam yang mendapat tugas untuk menjaga kakaknyapun tak luput dari kemarahan Raden Ayu. Saat itulah Raden Mas Riyanta datang dan bertanya kenapa Raden Ajeng menangis. Namun semuanya diam, seperti tak sudi menjawab pertanyaan Raden Mas Riyanta. Raden Ayu sangat marah, maka ia lantas berdiri dan pulang tanpa menghiraukan putranya. Saat sampai dirumah Raden Ayu mengutus Raden Ajeng Sam untuk menanyakan kemana perginya Raden Mas Riyanta semalam. Namun sayangnya Raden Mas Riyanta tak mau menceritakan apapun.
Raden Mas Riyanta masih terus memikirkan gadis itu. Ia masih belum percaya bahwa gadis itu sudah pulang bersama dengan orang tuanya sebelum ia melihat sendiri. Ia masih was-was, bagaimana kalau gadis itu malah diculik oleh pelayan warung. Pikirannya tak tenang. Maka ia memutuskan untuk pergi dari rumah dan mencari gadis itu. Lantas ia menulis sebuah surat yang ditempelkan dipintu. Raden Ajeng Sam yang menemukan surat itu, air matanyapun tak terbendung. Lantas Raden Ayu masuk dan mendapati Raden Ajeng Sam menangis. Setelah membaca surat dari putranya, betapa mirisnya hati Iibu itu. Seketika Natasewayanpun berduka cita.
Semuanya berusaha mencari Raden Mas Riyanta tapi sampai sebulan Raden Mas Riyanta tak juga ditemukan. Raden Ajeng lantas ingat teman lama almarhum suaminya yaitu Kyai Pramayoga dari Tamansari yang tak lain adalah Ayah dari Raden Ajeng Srini. Mereka sekeluarga diundang oleh Raden Ayu ke Natasewayan. Maka setelah mereka duduk-duduk di gadri Raden Ayupun memulai ceritanya tentang minggatnya Raden Mas Riyanta. Usai saling bertemu kangen dan bercerita mereka sekeluarga pamit tapi Raden Ajeng Srini dan Raden Ajeng Nestri tinggal atas permintaan Raden Ayu Natasewaya.
Setengah bulan tak pulang Raden Mas Riyanta hanyalah menjelajah guwa-guwa sisa dari abu Merapi. Pada minggu paginya ia lantas berjalan-jalan di Kota Boyolali. Disana ia bertemu dengan Raden Mas Duryat. Mereka lantas saling bertanya kabar dan berbagi cerita tentang kejadian di Alun-alun waktu itu. Dari cerita Raden Mas Duryat, Raden Mas Riyanto dapat sedikit menduga-duga, bahwa mungkin saja gadis yang ditemukannya itu adalah putri dari Kyai Pramayoga. Sebab ia pernah tahu jika Kyai Pramayoga memiliki seorang anak perempuan.
Raden Mas Riyanta lantas pulang ke Sala dan sowan ke Tamansari. Disana ia bertemu dengan Kyai Pramayoga beserta istri. Mereka lantas bercerita bahwa mereka baru saja mendapat musibah yaitu anak perempuan mereka Raden Ajeng Srini terpisah saat bencana kebakaran di Alun-alun. Dari cerita itu Raden Mas Riyanta semakin yakin bahwa gadis itu memang benar Raden Ajeng Srini.
Saat mendengar kabar dari Kyai Pramayoga yang mendapat surat dari Raden Ajeng Srini  bahwa Raden Ayu sakit. Raden Mas Riyanta segera pulang. Ia mengendap-endap masuk rumah. Dan mendapati Raden Ajeng Sam tengah tertidur. Ia membangunkan adiknya dan betapa kagetnya Raden Ajeng Sam melihat kakaknya sudah pulang. Raden Mas Riyanta segera masuk ke kamar Ibunya dan mendapati Raden Ajeng Srini tengah duduk di samping tempat tidur ibunya. Keduanya malah salah tingkah. Raden Ajeng Srini berpura-pura tak tahu bahwa pria itu adalah yang menolongnya kemarin sementara Raden Mas Riyanta lantas keluar karena gugup.
Lalu Raden Ajeng Sam datang dan memberi tahu bahwa Raden Mas Riyanta sudah pulang. Dan hal itu membuat Raden Ajeng Srini yakin bahwa pria yang menolongnya adalah Raden Mas Riyanta.
Dipasanggrahan Raden Mas Riyanta terus memikirkan wanita mulia yang luhur budinya itu. Saat tengah melamun, Raden Mas Riyanta melihat Raden Ajeng Nestri yang tengah memetik bunga untuk oleh-oleh kakaknya Raden Ajeng Srini. Maka, Raden Mas Riyanta menitip pesan agar ditanyakan kenapa Raden Ajeng Srini pergi begitu saja saat ada di warung. Dan saat pesan itu sampai pada Raden Ajeng Srini, ia hanya berkata bahwa ia terburu-buru.
Raden Mas Riyanta lantas sangat sering sowan ke Taman sari. Hampir setiap hari ia sowan, bahkan bila sehari saja ia tak nampak, maka akan ditanyakan oleh Kyai Pramayoga. Namun ia jadi jarang sowan karena ia mendengar kabar dari Kyai Pramayoga bahwa Raden Ajeng Srini akan dinikahkan oleh Pangeran dari Rembang. Saat itu begitu hancurnya hati Raden Mas Riyanta Sementara Raden Ajeng Srini juga nampak sangat sedih dan kecewa karena ia tak dinikahkan dengan pria yang disukainya.
Ketika sedang sakit hati Raden Riyanta mengambil gambar-gambarnya dan ingat bahwa ia suka sekali menggambar. Lantas ia menggambar seorang wanita yaitu Raden Ajeng Srini. Gambar itu ia simpan rapat-rapat jangan sampai ketahuan siapapun. Namun karena keteledorannya gambar itupun telah ditemukan oleh Raden Ajeng Sam dan disembunyikannya. Saat Raden Mas Riyanta mencarinya, adiknya malah meledeknya. Lantas Raden Ajeng Sam memperlihatkan gambar itu pada Raden Ayu. Dan betapa bahagianya Raden Ayu melihat gambar itu. Beliau berharap bahwa Raden Ajeng Srini benar akan menjadi menantunya namun sayangnya Raden Ajneg Srini malah akan menikah dengan Pangeran dari Rembang.
Lantas Raden Ayu datang ke Tamansari dan memberikan gambar itu sebagai hadiah pernikahan Raden Ajeng Srini. Namun betapa kagetnya Raden Ayu ketika mendengar bahwa Raden Ajeng Srini memang akan dinikahkan namun belum ada calonnya. Dan masalah Pangeran dari Rembang itu hanyalah fiktif belaka.

Karena mengetahui jika putranya jatuh cinta pada Raden Ajeng Srini maka Raden Ayu Natasewayan segera melamar Raden Ajeng Srini untuk diambil menantu. Akhirnya Raden Mas Riyantalah yang menjadi calon suami dari Raden Ajeng Srini. Betapa bahagianya mereka berdua. Karena akhirnya cinta mereka dapat dipersatukan. Lantas diadakan sebuah acara pernikahan yang besar-besaran. Dua sejoli yang tampan dan cantik bersanding begitu serasinya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar