Jumat, 11 Juli 2014

KAWICAKSANAN SANG PEMIMPIN : AJARAN SRI RAMA

“Ketahuilah adinda, bahwa Raja yang memimpin negara adalah pemimpin masyarakat dan sekaligus rakyatnya. Raja berkewajiban pula menjaga seluruh dunia. “
                Sesanti tersebut merupakan pedoman kepemimpinan ala Rama Wijaya. Seorang tokoh Jawa ulung dalam sebuah epos ternama Ramayana yang disadur oleh Yasadipura I. Sri Rama memaknai pemimpin negara sebagai penggerak masyarakat dan rakyatnya. Konsep kepimpinan Raja Ayodyanegara tersebut adalah kebijaksanaan. Dalam melaksanakan kebijaksanaan itu, seorang pemimpin harus berpedoman pada beberapa hal. Seorang pemimpin bagi Sri Rama hendaknya berpegang teguh pada kitab suci. Ajaran kitab suci merupakan ajaran kebaikan yang akan mengantarkan seorang pemimpin pada kawicaksanan. Salah satu Pemimpin Indonesia pada masanya misalnya, yang berpedoman pada ajaran Kitab Sucinya. Hal tersebut mendorongnya untuk senantiasa mengarahkan Bangsanya pada masa-masa yang dirahmati.
                Hal kedua yang menjadi pertimbangan Sri Rama dalam ajarannya adalah pemeliharaan aset-aset negara seperti rumah-rumah Ibadah, jembatan, jalan. Lalu hal yang terpenting adalah pelestarian alam. Seorang pemimpin hendaknya bisa menjadi penggerak konservasi alam. Menjaga dan melestarikan potensi Sumber Daya Alam bersama rakyat. Penyimpangan pada ajaran tersebut pernah terjadi dalam kehidupan Bangsa Indonesia, seorang pemimpin yang menggadaikan potensi alam negaranya demi pundi-pundi devista. Kepimpinan semacam itu yang menjadi keprihatinan Bangsa yang besar ini.

        Kembali pada ajaran kawicaksanan seorang pemimpin dalam pandangan Sri Rama. Selanjutnya adalah seorang pemimpin yang demokratis. Pemimpin memiliki kewajiban abadi untuk menampung aspirasi rakyatnya. Pemimpin tak bisa bersikap apatis pada keluh kesah rakyatnya, sebab kawicaksanan adalah dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Negara Indonesia telah menerapkan sistem pemerintahan demokrasi. Berbagai pandangan dikemukakan oleh berbagai tokoh akan keberhasilan sistem pemerintahan ini, begitupun seorang Sri Rama.Tak dapat dipungkiri bahwa seorang pemimpin membutuhkan armada perang yang akan menjaga ketahanan dan keberlangsungan Bangsanya. Konsep tersebut dikemukakan Sri Rama sebagai konsep yang menghendaki seorang pemimpin mampu menyusun armada ketahanan yang akan menjaga kesatuan Bangsanya. Konsep kepemimpinan lain adalah kedisiplinan. Penerapan kedisiplinan pada bawahan sangat dibutuhkan dalam hal ini. Berbagai upaya dilakukan dalam rangka membentuk agen-agen pembangunan yang memiliki integritas dan kedisiplinan yang tinggi. Sri Rama tak berhenti sampai disitu, pemimpin tak boleh mabuk dengan gelimangan kekayaan yang menaunginya. Berbagai bentuk godaan duniawi harusnya menjadi alasan untuk berdermawan kepada rakyatnya khususnya pada Brahmana. Selain itu belas kasih dan kepedulian harus menjadi watak utama seorang pemimpin dalam memayungi rakyatnya. Sehingga rakyat akan memberikan respon positif. Dengan demikian terjadi keselarasan antara pemimpin dan rakyatnya.
          Selanjutnya yang paling utama dari seorang pemimpin adalah hindarkan “anak emas” dalam sebuah kepemimpinan. Hal ini akan berdampak buruk baik jangka pendek maupun jangka panjang dalam keutuhan suatu Bangsa. Hingga pada akhirnya seorang pemimpin harus melimpahkan seluruh curahan kasih sayang dan dedikasinya pada Bangsa yang dipimpinnya. Seorang pemimpin hendaknya mengerti kedukaan rakyatnya, memahami segala keluh kesah rakyatnya, dan bersifat ngayomi.
               Keprihatinan Bangsa ini lagi-lagi berkisar pada munculnya “anak emas”. Budaya nepotisme menjadi hal yang wajar, berbagai bentuk kecurangan terjadi di berbagai lembaga negara dari bawah hingga atas. Seolah-olah kejujuran adalah hal tabu yang dianggap sok suci. Sesungguhnya ini adalah sebuah penyakit yang harus dibasmi. Seorang pemimpin hendaknya bersih dari segala macam bentuk KKN meskipun dalam hal kecil sekalipun.
            Bangsa Indonesia memiliki prosentase korupsi cukup tinggi. Berbagai upaya telah dilakukan untuk memberantas tikus-tikus yang meresahkan masyarakat tersebut. Namun faktanya Sumber Daya Manusia Indonesia telah tergerogoti dengan trend KKN. Coba kita tengok lembaga pendidikan yang sudah mulai menarik pegawai berdasarkan hubungan kekerabatan. Hal tersebut terjadi secara continue dari lembaga terendah dan pada akhirnya pada lembaga tertinggi. Masyarakat dibuat buta dan bisu dengan iming-iming yang tidak seberapa, selanjutya “ golongan atas “ yang akan kembali berkuasa.

                Hal tersebut diatas disebabkan oleh pemimpin yang mabuk dengan deretan harta duniawi yang ditawarkan. Kawicaksanan pemimpin pada era ini telah tergadaikan demi tahta dan harta. Agen-agen pembangunan hanya mampu mendedikasikan omong kosong. Para pemuda berlomba-lomba mengejar tahta dengan menghalalkan segala cara. Selanjutnya, menjadi tugas kita sebagai agen perubahan untuk menghayati dan melaksanaan ajaran kawicaksanan Sri Rama. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar